
Penambang Bitcoin Telah Meraup Keuntungan Rp200 Triliun
Apakah Anda pernah bertanya-tanya berapa keuntungan yang diperoleh oleh penambang Bitcoin? Data terbaru dari firma analitik on-chain Glassnode mengungkapkan bahwa keuntungan para penambang Bitcoin sepanjang waktu telah mencapai $13,6 miliar atau setara dengan Rp 199,7 triliun (KURS Rp 14.690).
Menurut analisis Glassnode, secara keseluruhan penambang Bitcoin telah meraup pendapatan sekitar $50,2 miliar. Meskipun terdengar besar, tapi para penambang juga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk melakukan validasi jaringan. Secara kumulatif, mereka telah menghabiskan modal sekitar $36,6 miliar.
Namun demikian, dapat dilihat bahwa pendapatan para penambang lebih tinggi daripada biaya yang mereka keluarkan. Jika dihitung-hitung, miner telah menghasilkan keuntungan sebesar $13,6 miliar, yang setara dengan 37% dari nilai investasi mereka.
Untuk menghitung pendapatan dari validator blockchain, Glassnode mengambil data dari thermocap dan menghitung biaya transaksi yang digunakan kelompok ini sepanjang pekerjaan mereka.
Thermocap adalah indikator yang mengukur jumlah kumulatif dari coin yang dihasilkan dikalikan dengan harga spot Bitcoin. Dalam istilah yang lebih sederhana, metrik ini memberitahu kita nilai total hadiah yang diperoleh penambang.
Selanjutnya, untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan oleh para miner, Glassnode menggunakan perhitungan difficulty regression. Ini adalah cara untuk menemukan biaya produksi Bitcoin, yang didasarkan pada mining difficulty atau “kesulitan menambang.”
Mining difficulty adalah fitur dari blockchain Bitcoin yang mengontrol seberapa sulit penambang menambang di jaringan tersebut. Konsep seperti itu ada karena Bitcoin ingin mempertahankan laju produksi bloknya (kecepatan hash blok penambang) agar tetap pada nilai konstan.
Setiap kali daya komputasi yang dihubungkan oleh para penambang (hashrate) berubah, kemampuan mereka untuk menambang secara alami juga ikut berubah. Misalnya, penambang dapat melakukan tugasnya lebih cepat jika mereka menghubungkan lebih banyak mesin ke blockchain.
Namun, seperti yang telah disebutkan, blockchain tidak ingin penambang bekerja lebih cepat (atau lebih lambat) dari ketentuan standar, sehingga mereka akan menyesuaikan kesulitan untuk menetralkan perubahan ini. Dalam contoh kasus ini, kesulitan blockchain akan naik sebagai respons, sehingga memperlambat kerja penambang.