
Bagaimana Sepak Terjang Elastos Di Indonesia dan Global ?
Jakarta - Clarence Liu, V.P. Development dari Elastos, yang berlatar belakang software engineer dari Silicon Valley, San Francisco baru saja datang ke Indonesia. Clarence menyatakan bahwa Elastos tertarik untuk mengembangkan platformnya di Indonesia.
Elastos sendiri sudah mengakumulasi lebih dari 50 persen hashrate bitcoin dengan melakukan merge mining dengan BTC, salah satunya bekerjasama dengan Bitmain dan mining pool BTC lainnya. Hal ini merupakan langkah atau perkembangan yang cukup signifikan. Bahkan, dapat dikatakan jika jumlah tersebut bukanlah jumlah yang kecil karena Elastos berada di ranking ke 3 dari sisi hashrate tertinggi di dunia.
Untuk saat ini, Elastos telah menyisihkan dana investasi sebesar 30 juta dollar untuk mendanai developer yang tertarik membuat project ataupun aplikasi menggunakan platform Elastos. Dana tersebut didapatkan dari Cyber Republic, yang merupakan sistem DAO (Decentralised Autonomous Organization) dari Elastos. Dengan inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan network value dari Elastos itu sendiri.
Saat ditanyakan mengenai progress yang dialami oleh Elastos dalam beberapa waktu terakhir. Disana Clarence menyatakan, jika progress yang didapatnya cukup signifikan selama tiga tahun ini. Bermodalkan lebih dari 70 developer yang bertugas mengembangkan core infrastructure dari Elastos, yang terdiri dari 4 pilar yaitu : blockchain dan smart contract, Elastos carrier, Elastos runtime, dan Elastos SDK.
Ada beberapa proyek yang akan dirilis dalam waktu dekat. Untuk proyek yang pertama adalah Trinity atau Elastos Browser, yang berfungsi semacam app store dari Elastos. Didalamnya sudah terdapat identitas digital dan wallet bagi pengguna. Elastos browser akan menjadi portal bagi pengguna dalam mengakses berbagai aplikasi di dalam ekosistem Elastos dengan menggunakan identitas digital tersebut. Selain itu juga Elastos akan menyediakan SDK (software development kit) bagi developer dalam mengembangkan aplikasi dalam Elastos browser ini. Semua itu bertujuan agar segalanya menjadi jauh lebih mudah ketika sedang di operasikan, baik itu bagi pengguna maupun developer.
Selain itu juga, Clarence mengatakan, akan merilis Ethereum sidechain. Dengan dibukanya Ethereum sidechain untuk publik setelah melalui fase pengujian, maka developer dapat menggunakan bahasa pemograman solidity dalam mendevelop projectnya dengan tps yang tinggi karena menggunakan sistem dPos. Selain itu juga telah diamankan oleh 50% hashrate dari BTC sebagai mainchainnya.
Salah satu kegunaan dari platform Elastos adalah sebagai platform dari dApps (Decentralised Aplications), pada satu sisi sama seperti Ethereum yang merupakan platform dari dApps. Namun apabila Ethereum hanya melakukan desentralisasi dari layer blockchainnya, maka Elastos melakukan desentralisasi pada berbagai service lainnya, seperti pada layer digital identity, layer network, begitu juga pada layer storagenya.
Saat ini Elastos memiliki koin yang sudah diperjual belikan di berbagai bursa perdagangan. Salah satunya adalah ELA yang menjadi native coin dari Elastos, berdasarkan nilai market valuenya sendiri pada saat ini ELA berada di rangking 100 teratas untuk cryptocurrency. Perihal volume transaksi per-harinya, Clarence menyatakan bisa mencapai lebih dari setengah juta dolar. Tentunya jumlah tersebut bisa menyimpulkan jika native coin Elastos cukup likuid di bursa perdagangan.
Untuk pengembangan bisnis tahun depan Clarence menyatakan ada beberapa rencana yang dibuat. Salah satunya adalah meluncurkan Elastos Browser. Diharapkan akan ada peningkatan jumlah aplikasi di ekosistem Elastos yang terdesentralisasi secara penuh, dan masih banyak lagi. Tahun depan merupakan tahapan dimana Elastos akan menggabungkan berbagai komponen-komponen decentralised services yang telah dibangun selama lebih dari 2 tahun dalam satu framework yang solid.
Kedepannya Clarence berharap untuk masuk kedalam bagian dari bursa perdagangan cryptocurrency di Indonesia. Ketika ditanya lebih lanjut tentang kemungkinan listing Elastos di salah satu bursa perdagangan cryptocurrency di Indonesia , Clarence mengatakan telah berhubungan dengan beberapa bursa perdagangan di Indonesia namun tidak dapat membukanya kepada publik secara detail saat ini.
Baru-baru ini Clarence datang ke Indonesia dari Singapura. Dimana Clarence berharap jika Elastos dapat mencakup market di beberapa wilayah bagian Asia Tenggara. Clarence rutin melakukan kunjungan ke berbagai negara sebagai langkah dalam melakukan jejaring market secara global.
Indonesia sendiri dengan populasi ke-4 terbanyak di dunia, hanya memiliki 2 juta orang yang mengikuti Crypto market ini, hingga masih mempunya potensi yang besar untuk dikembangkan. Clarence mengatakan bahwa jumlah tersebut cukup signifikan.
Selain itu juga Clarence menyadari bahwa Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan teknologi blockchain dan juga pemahaman publik tentang blockchain sangatlah penting. Dia berharap bahwa Elastos melalui Cyber Republic dapat membantu mengedukasi publik tentang pemahaman terhadap blockchain maupun cryptocurrency dengan bekerja sama dengan komunitas-komunitas blockchain maupun developer yang ada di Indonesia.